Friday, February 4, 2022

Fanati koremsium

Ini adalah cerita tentang seorang pemuda yang berasal dari Negeri Jiran. Pasti kita bertanya, apa itu Jiran? Jiran adalah keadaan ketika sepatu bertemu dengan air hujan. Jiran adalah seikat kebersamaan yang menari di tengah api. Jiran, adalah kita. 


Cukup tentang Jiran, mari kita masuk ke inti cerita. Seorang pemuda itu menangis, menjerit, memekik sekuat hatinya mengijinkan. Tidak ada yang menghiraukannya. Semua orang sibuk dengan kehidupan masing-masing. Itulah resiko tinggal di Ibu Kota, pikirnya. Untung saja ada seorang bijak yang baik hati, mengijinkan kepalanya mengitari bahaya tersebut.


“Tolong!”, teriak orang bijak tersebut.


“Apa yang terjadi?”, pemuda tersebut tergesa-gesa menghampirinya, meninggalkan jejak-jejak makanan yang jelas terlihat.


“Aku tidak bisa memangsa cucuku,” tangis orang tersebut.


“Kamu ditakdirkan untuk itu. Hanya kamu yang mampu!”, pemuda tersebut memegang pundak sang orang bijak dan mengguncangnya keras. Guncangan itu terasa sampai ke telinga Sri Ayu.


“Cukup!”, Sri Ayu mengibaskan selendangnya dan terbang menuruni bumi. “Lepaskan dia atau aku akan teriak!”


Pemuda tersebut terkekeh.


“Ilmu kamu tidak cukup kuat Sri Ayu!”, pemuda tersebut mengambil batu kerikil dan melemparkannya ke arah Sri Ayu.


“Bagaimana kamu tahu namaku?!”, Sri Ayu yang terkejut kehilangan keseimbangan, terhuyung jatuh ke arah selatan. Sri Ayu merasakan batu kerikil melesat sedikit di atas kepalanya.


Suara letusan terdengar keras.


Fanati koremsium”, suara tersebut diucapkan sang bijak, tetapi suara yang muncul sama sekali bukan suaranya.


Pemuda tersebut melihat ke arah seorang bijak yang masih dipegangnya, namun dia hanya mendapati sepasang mata merah menyala yang memandangnya penuh kebencian.


“Sri Ayu! Kemana tubuh pria ini?!”


“Aku mencoba menghentikanmu”, ujar Sri Ayu pelan. “Orang itu adalah Robert sang Penakluk”


“Tidaaaaak!!”, teriak pemuda tersebut. 


Namun semua sudah terlambat. Sepasang mata yang merah menyala tersebut berubah menjadi kawah putih. Pemuda tersebut seperti tersedot masuk ke dalam tanah, semakin lama semakin cepat. Seluruh tubuhnya kini telah meleleh, menyisakan dua bola mata yang melayang di udara. Kawah tersebut berubah menjadi merah, sangat merah sehingga hari seakan berubah menjadi senja. Pusaran air muncul di dalam kawah tersebut, menelan semua yang ada di sekitarnya. Sama cepatnya seperti kemunculannya, pusaran tersebut kemudian hilang, menyisakan dua bola mata yang kini berwarna merah menyala, yang jatuh ke tanah dan bergulir tanpa arah.


Sri Ayu melepaskan selendangnya, membungkus kedua bola mata tersebut dengan selendangnya.


“Terima kasih cucuku”, Sri Ayu mendekatkan gulungan selendang itu ke wajahnya yang penuh air mata.


Fanati koremsium, batin Sri Ayu sambil terbang menjauh.



Baru beli keyboard Logitech K480. Kata-kata di atas buat tes ketik-ketik.

No comments:

Post a Comment

How to Win Friends and Influence People

 Author: Dale Carnegie Originally published: October 1936 Self note Practical – Every day Become genuinely interested in other people Smile ...