Part 1
Mukanya sedih sekali, pikirku. Pasti dia sangat kesepian. Hal yang bisa kulakukan hanyalah memasak makanan-makanan kesukaannya. Sepertinya aku gagal, karena dia bahkan telah masuk kamar setelah makan tak lebih dari empat suapan. Aku mulai menangis. Dalam keadaan terguncang, aku baru menyadari bahwa suara yang telah kudengar beberapa saat ini adalah suara aktivitas dalam rumah. Pencuri, batinku. Veral sudah pasti tidur di waktu selarut ini. Dan tidak salah lagi, barusan adalah suara pintu depan terbuka!
Mukanya sedih sekali, pikirku. Pasti dia sangat kesepian. Hal yang bisa kulakukan hanyalah memasak makanan-makanan kesukaannya. Sepertinya aku gagal, karena dia bahkan telah masuk kamar setelah makan tak lebih dari empat suapan. Aku mulai menangis. Dalam keadaan terguncang, aku baru menyadari bahwa suara yang telah kudengar beberapa saat ini adalah suara aktivitas dalam rumah. Pencuri, batinku. Veral sudah pasti tidur di waktu selarut ini. Dan tidak salah lagi, barusan adalah suara pintu depan terbuka!
Panik, aku mencari barang yang bisa dijadikan senjata. Pilihanku
jatuh pada vibrator gelas kaca yang cukup tebal. Kukumpulkan segenap
keberanianku dan mulai mengendap-ngendap keluar kamar. Kulihat pintu depan
terbuka lebar, namun tidak ada seorang pun. Anakku! Jeritku dalam hati. Aku berbegas
menaiki tangga, sambil bersiap menyerang si perampok. Aku sampai di depan pintu
kamar Veral yang terbuka. Hatiku mencelos. Menit berikutnya aku telah
mengelilingi seluruh rumah. Tidak ada perampok, tidak ada barang yang dicuri, tidak ada Veral.
Pasti dia kambuh lagi. Oh, anakku. Kemana dia di tengah
malam begini?? Aku mengambil jaket lalu menghambur ke jalan, berusaha mencari
sosok seorang anak kurus. Jalanan sangat sepi. Aku mencari selama berjam-jam
tanpa hasil.
Di atas pohon, tersangkut di
antara dahan, terlihat wajah yang amat kukenal. Tubuhnya terpelintir, isi
perutnya menjuntai ke bawah. Detik setelahnya, aku dibuat tuli oleh teriakanku
sendiri.
Part 3
Part 3
No comments:
Post a Comment